Apa yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk menjadi Pemimpin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang diperlukan : karisma, pandangan ke depan, daya persuasi, intensitas dan lain-lain.
Kemampuan dan keterampilan pemimpin untuk mengarahkan bawahan merupakan faktor penting dalam efektivitas manajer.
Kepemimpinan manajerial adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas anggota kelompok yang dipimpinnya.
Ada tiga hal penting dari batasan di atas :
1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut.
2.Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok.
3.Pemimpin harus mampu memberikan kepada bawahan atau pengikutnya perintah atau pengarahan, disamping mempunyai posisi yang dinyatakan sah secara formal.
Dari pengamatan atas kelompok yang menjadi pemimpin dibandingkan dengan yang bukan pemimpin, diperoleh gambaran bahwa seorang pemimpin itu pada kenyataannya:
a. Lebih pintar, lebih cerdik.
b. Lebih extrovert (memikirkan kepentingan umum).
c. Lebih percaya diri.
d. Cenderung mempunyai fisik lebih tinggi.
Kekecualian dari ciri-ciri di atas ternyata ada juga. Napoleon adalah seorang yang pendek, sedangkan Abraham Licoln cendeung introvert.
Sebagai temuan lain, ternyata diperoleh bukti-bukti bahwa pengaruh budaya dan lain-lain faktor memegang peran yang penting pula.
Bertambahnya etnis non-kaukasus, kaum wanita, kelompok minoritas dan penggolongan lain yang menjadi pemimpin pada saat ini, akan mengubah kesimpulan-kesimpulan yang sudah diperoleh pada waktu sebelumnya.
Untuk membandingkan pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif, diperoleh gambaran bahwa pemimpin-pemimpin yang efektif pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai intelegensia yang tinggi.
b. Berinisiatif.
c. Keyakinan diri yang besar.
Ciri-ciri di atas tampaknya baru merupakan ciri-ciri yang potensial untuk menjadi pemimpin yang berhasil. Untuk menjadi pemimpin yang efektif, perlu ditunjang oleh beberapa kemampuan, seperti kemampuan supervisi, untuk menghadapi berbagai situasi dan kemampuan yang lebih bersifat teknis lainnya.
1. Behavioral Approach.
Pendekatan perilaku dalam kepemimpinan berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Apabila pada Trait Approach orientasi pengamatan ditujukan pada bagaimana seorang pemimpin yang efektif itu adanya, dalam pendekatan perilaku orientasi pengamatan ditujukan pada apa yang diperbuat oleh seorang pemimpin. Bagaimana seseorang pemimpin mendelegasikan tugas-tugas kepada bawahan, bagaimana cara dia memotivasi dan berkomunikasi dengan bawahan, merupakan fokus pendekatan perilaku.
2.1. Fungsi dan Gaya Kepemimpinan.
Aspek pertama dari pendekatan perilaku dalam kepemimpinan adalah sejauh mana seorang pemimpin dapat mengintegrasikan dua fungsi utama yang menjadi tugas pemimpin, yaitu :
a. “Task-Related” : atau fungsi pemecahan masalah yang harus dijalankan seorang pemimpin, yang berorientasi pada selesainya tugas secara cepat.
b. “Group-Maintenance” : atau fungsi sosial, dimana seorang pemimpin harus membantu kelompok yang dipimpinnya agar dapat bekerja lebih lancar.
Pemimpin harus dapat menanggapi gagasan-gagasan dari kelompok yang dipimpinnya, dan ikut serta merasakan apa yang dibutuhkan oleh bawahan.
Pemimpin yang berhasil/efektif adalah pemimpin yang dapat menggabungkan dua kepentingan di atas sebagai dua fungsi dari seorang pemimpin.
Persfektif kedua dari kepemimpinan yang didasarkan pada pendekatan perilaku adalah pilihan gaya kepemimpinan yang dianut oleh seorang pemimpin dalam memperlakukan bawahannya.
Gaya kepemimpinan ini terdiri dari dua macam :
a. “Task-oriented”, dimana manajer melakukan pengawasan terhadap bawahan agar tugas yang dikerjakan dapat diselesaikan dan memuaskan dirinya. Manajer dengan orientasi seperti ini lebih mengutamakan selesainya tugas dibandingkan dengan perkembangan bawahannya.
b. “Employee-oriented”, dimana manajer cenderung lebih berorientasi pada usaha memotivasi bawahan untuk menyelesaikan tugasnya dibandingkan penyelesaian tugas itu sendiri. Pemimpin yang mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha untuk melibatkan bawahan dalam membuat keputusan, dan memperlakukan bawahan dengan bersahabat, penuh kepercayaan dan hubungan yang penu penghargaan.
Pilihan atas dua gaya kepemimpinan di atas, seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor latar belakang, pengetahuan, sistem nilai dan pengalaman seseorang.
Tinggi rendahnya orientasi pimpinan dalam memilih pola kepemimpinannya, akan berpengaruh pada kebijakan dia untuk melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan (hasil pengamatan R.Tannenbaum, W.H. Schmidt).
sumber: rangkuman materi MSDM, Prof. Dr. HM Sidik Priadana S2,STIEPAS Bdg,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar